QRIS Bangkit Saat Dunia Mulai Melirik dan Amerika Mulai Panik
Selama bertahun-tahun, dominasi sistem pembayaran global seolah hanya milik dua raksasa: Visa dan Mastercard. Tapi sekarang, peta mulai bergeser. Sebuah inovasi lokal dari Indonesia, QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard), perlahan tapi pasti menunjukkan taringnya. Bukan cuma soal kecepatan transaksi atau efisiensi biaya, tapi juga karena semangat kemandirian dan kedaulatan ekonomi digital yang terkandung di dalamnya.
Kini, bukan cuma masyarakat Indonesia yang merasakan manfaatnya, tapi negara-negara tetangga bahkan raksasa ekonomi dunia seperti Amerika Serikat mulai memantau dengan cermat, dengan sedikit kegelisahan.
Kenapa QRIS Jadi Sorotan Dunia?
QRIS adalah sistem pembayaran berbasis QR code yang diluncurkan Bank Indonesia pada tahun 2019. Tujuan awalnya sederhana: menyatukan semua jenis QR dari berbagai penyelenggara jasa sistem pembayaran agar lebih efisien dan mudah digunakan. Tapi siapa sangka, dalam lima tahun, ia tumbuh luar biasa pesat.
Data mencengangkan menunjukkan volume transaksi QRIS melonjak dari 124 juta transaksi di tahun 2020 menjadi lebih dari 6,2 miliar pada tahun 2024. Nilai transaksinya juga melonjak tajam, dari Rp8,2 triliun menjadi hampir Rp660 triliun.
Tak hanya itu, di kuartal pertama tahun 2025 saja, volume transaksi QRIS sudah mencapai 2,6 miliar dengan nilai Rp262 triliun. Itu berarti, dalam waktu tiga bulan saja, hampir lima persen dari PDB nasional bergerak melalui QRIS. Sebuah prestasi luar biasa untuk sistem pembayaran yang dulunya dianggap "ketinggalan zaman" karena berbasis QR code.
UMKM Pahlawan Digitalisasi yang Diam-diam Kuat
Salah satu faktor utama keberhasilan QRIS adalah keberpihakannya pada pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Hingga Maret 2025, tercatat 38,1 juta UMKM telah menjadi merchant QRIS. Artinya, dari warteg di pojokan gang hingga toko oleh-oleh di tempat wisata, mereka kini terhubung ke sistem pembayaran digital nasional.
Yang membuatnya lebih unggul dari sistem lain adalah biaya transaksinya yang sangat murah—bahkan 0% untuk transaksi di bawah Rp500.000. Bandingkan dengan potongan dari sistem lain yang bisa mencekik, terutama bagi pelaku usaha kecil.
Amerika Ketar-ketir Perang Dagang Bergeser ke Sistem Pembayaran
Perkembangan pesat QRIS ternyata tak hanya menarik pujian, tapi juga kritik. Bulan lalu, Amerika Serikat melalui dokumen resmi Foreign Trade Barriers dari United States Trade Representative (USTR), menyoroti keberadaan QRIS dan GPN (Gerbang Pembayaran Nasional) sebagai hambatan perdagangan.
Mereka menganggap sistem ini menghalangi kompetisi dari perusahaan switching global seperti Visa dan Mastercard. Tapi di mata para pelaku industri di Indonesia, sorotan ini lebih karena persaingan bisnis ketimbang masalah regulasi perdagangan murni.
Santoso Liem, Ketua Umum Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI), menyebut bahwa kemudahan dan biaya rendah dari QRIS membuat perusahaan asing merasa tertinggal. “Kami tetap terbuka untuk kolaborasi,” ujarnya diplomatis.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI), Steve Marta, menyatakan bahwa langkah AS ini tak lepas dari keinginan mereka mempertahankan dominasi di pasar global. “Negara-negara mulai membangun sistem domestik agar tidak bergantung pada pemain global,” jelasnya.
Yang lebih mencengangkan lagi, QRIS kini tak hanya bermain di dalam negeri. Sejak beberapa tahun terakhir, Indonesia aktif memperluas koneksi pembayaran digital lintas negara. Hasilnya, QRIS sudah bisa digunakan di sembilan negara : Thailand, Malaysia, Singapura, Filipina, Vietnam, Laos, Brunei, Jepang, dan Korea Selatan.
Artinya, warga Indonesia yang bepergian ke negara-negara ini tidak perlu lagi repot tukar uang. Cukup buka aplikasi dompet digital, Scan QR, dan bayar seperti biasa.
Paling baru, QRIS akan resmi bisa digunakan di Jepang mulai 17 Agustus 2025. Bank Indonesia menyatakan uji coba sistem dengan otoritas Jepang telah selesai dilakukan, dan peluncuran resminya menandai babak baru penggunaan QRIS sebagai alat pembayaran luar negeri yang sah.
Dan tak berhenti di situ, negara-negara lain seperti Arab Saudi juga sedang dijajaki, terutama untuk memudahkan jamaah haji dan umrah dalam bertransaksi. Bahkan, ada potensi kerja sama dengan Tiongkok dalam waktu dekat.
Keunggulan QRIS yang Tak Bisa Diabaikan
Kenapa QRIS bisa secepat ini melaju? Jawabannya ada pada tiga kata kunci :
Tak hanya dari sisi merchant, pengguna juga dimanjakan dengan kemudahan. Hampir semua dompet digital dan aplikasi bank di Indonesia kini mendukung QRIS. Tak perlu punya banyak aplikasi, cukup satu, semua bisa bayar.
Yang menarik, QRIS bukan sekadar alat pembayaran. Ia adalah bagian dari strategi besar Indonesia untuk membangun sistem keuangan nasional yang mandiri dan berdaulat. Dengan QRIS dan GPN, Indonesia tak lagi sepenuhnya bergantung pada jaringan asing untuk memproses transaksi warganya.
Langkah ini sejalan dengan tren global di mana negara-negara mulai membangun sistem domestik untuk melindungi data dan kedaulatan ekonomi digital mereka. India punya UPI, Brasil punya Pix, dan Indonesia punya QRIS.
Tantangan di Depan Tetap Terbuka tapi Berdaulat
Tentu, tantangan masih banyak. Edukasi pengguna, peningkatan keamanan, dan perluasan jaringan merchant ke daerah-daerah tertinggal adalah pekerjaan rumah yang belum selesai. Tapi dengan pertumbuhan seperti sekarang, potensi QRIS tak terbantahkan.
Pemerintah dan Bank Indonesia perlu terus menjaga keseimbangan antara keterbukaan sistem dengan proteksi nasional. Kolaborasi dengan pemain global tetap penting, tapi bukan berarti harus menyerahkan kendali penuh.
Dari Warteg ke Dunia, QRIS adalah cerita keberhasilan teknologi lokal yang menjangkau global. Ia dimulai dari kebutuhan sederhana—menyatukan QR yang terlalu banyak. Tapi dengan visi dan eksekusi yang tepat, ia berubah menjadi simbol kekuatan baru di sistem pembayaran digital dunia.
Dari warteg di Jakarta sampai kedai teh di Kyoto, dari pasar tradisional di Yogyakarta sampai pusat perbelanjaan di Kuala Lumpur. QRIS telah menempatkan Indonesia di peta inovasi finansial global.
Dan ketika Amerika mulai merasa terganggu, itu tandanya QRIS memang sudah cukup kuat untuk diperhitungkan.
✨Kalau kamu suka artikel seperti ini, bantu share ke sesama pelaku usaha kamu ya!✨