Aplikasi QRIS
GET - On The Store

Bukan Lagi Sekadar Alat Pembayaran, QRIS Menjadi Revolusi Gaya Hidup Konsumen Digital

Bukan Lagi Sekadar Alat Pembayaran, QRIS Menjadi Revolusi Gaya Hidup Konsumen Digital  , QRIS, Cara Daftar QRIS
04 Juni 2025
Bukan Lagi Sekadar Alat Pembayaran, QRIS Menjadi Revolusi Gaya Hidup Konsumen Digital

Dalam beberapa bulan terakhir, QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) menjadi topik panas bukan hanya di dalam negeri, tetapi juga dalam isu perdagangan global.

Pemerintah Amerika Serikat secara terbuka menyuarakan protes, menuding QRIS terlalu memudahkan transaksi digital dan "mendiskriminasi" jaringan asing seperti Visa dan Mastercard.

Dosen Prodi Manajemen, Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis - Universitas Pendidikan Indonesia, Heny Hendrayati, menyebut bahwa kritik ini muncul karena biaya transaksi QRIS yang sangat rendah, hanya 0,7 persen (bahkan 0 persen untuk sektor sosial) dibandingkan dengan 1,8 hingga 3 persen pada layanan kartu kredit internasional.

"Bagi konsumen Indonesia, QRIS justru hadir sebagai angin segar yang menyingkirkan batasan rekening, biaya administrasi, dan kerumitan sistem lama," 

"Cukup satu aplikasi dompet digital lokal, semua bisa bayar. Dari pedagang kaki lima hingga merchant besar, semua terintegrasi," kata Heny Hendrayati dalam keterangan tertulisnya, Senin (2/6/2026). 

Karena fenomena inilah, menurutya, tak heran jika pertumbuhan pengguna QRIS meroket dari sekitar 3 juta pengguna (2020), menjadi 10 juta (2021), 28,75 juta (2022), 45,78 juta (2023), hingga 56,3 juta pada awal 2025.

Nilai transaksinya pun melonjak drastis, dari Rp8,21 triliun (2020) menjadi Rp262,1 triliun pada kuartal I 2025.


Dampak QRIS terhadap Perilaku Konsumen

Heny Hendrayati menyebut saat ini QRIS bukan sekadar teknologi pembayaran namun sudah menjadi simbol perubahan gaya hidup.

Dalam masyarakat yang semakin terdigitalisasi, menurut Heny, QRIS menjawab dua kebutuhan dasar konsumen modern: kenyamanan dan kecepatan.

"Transaksi berpindah dari fisik ke digital. Keputusan belanja pun menjadi lebih spontan, emosional, bahkan impulsif. Dalam perspektif psikologi pemasaran, muncul fenomena "decoupling" Dimana konsumen tidak lagi merasakan secara sadar bahwa mereka sedang membelanjakan uang. Ini berdampak pada kontrol keuangan pribadi dan meningkatkan kecenderungan konsumsi hedonistik," 

"Bagi generasi muda, QRIS telah menjadi bagian dari ritme hidup sehari-hari. Membayar kopi pagi, tiket bioskop, bahkan donasi masjid, semua cukup dengan satu sentuhan layar. QRIS juga memperkuat gaya hidup tanpa uang tunai (cashless lifestyle) yang sebelumnya hanya populer di kota besar, kini mulai menjangkau pasar tradisional dan daerah pinggiran," ujar Heny.

Misalnya, tutur Heny, seorang pedagang sayur di Pasar Cihapit Bandung mengaku omzet hariannya naik 30 persen setelah menerima pembayaran melalui QRIS karena pembeli merasa lebih praktis dan tak perlu menunggu kembalian. Demikian pula misalnya warung nasi padang yang sebelumnya hanya melayani tunai kini menerima pesanan online karena terhubung dengan dompet digital melalui QRIS. Contoh-contoh ini menunjukkan bagaimana teknologi sederhana bisa berdampak besar dalam skala mikro. 

Heny Hendrayati yang juga menjabat  Wakil Dekan Bidang Akademik FPEB UPI, kemudian menyebut meski menghadirkan kemudahan, namun tidak semua konsumen menyambut QRIS dengan antusiasme serupa. 

Masih banyak yang enggan menggunakan QRIS karena rendahnya literasi digital, kekhawatiran atas keamanan data, atau keterbatasan akses terhadap infrastruktur digital.

Heny menyebut penelitian mutakhir oleh Lund (2025) menyoroti bahwa kelompok pengguna lambat (late majority dan laggards) membutuhkan pendekatan edukasi yang disesuaikan secara sosial dan psikologis. Sementara itu, teori domestikasi teknologi yang diperbarui oleh Silverstone dalam konteks teknologi 2020-an menunjukkan bahwa teknologi hanya akan berfungsi optimal jika berhasil diintegrasikan dalam norma, nilai, dan kebiasaan masyarakat sehari-hari.

"Dengan kata lain, QRIS bukan hanya soal teknologi, tapi juga soal kebiasaan, pemahaman, dan kepercayaan. Banyak pengguna baru yang belum memahami bahwa QRIS bisa menjadi alat pencatatan keuangan harian, bukan sekadar media pembayaran. Sering kali, transaksi melalui QRIS tidak diikuti oleh kontrol pengeluaran yang sehat, terutama di kalangan anak muda,"

"Di sinilah pentingnya pendekatan literasi keuangan berbasis perilaku. Literasi keuangan yang baik akan membantu konsumen memahami konsekuensi setiap transaksi, mengatur pengeluaran, menetapkan prioritas belanja, dan membangun kebiasaan menabung sehingga QRIS tidak hanya mempermudah, tapi juga memperkuat kontrol finansial," katanya.

Menurut Heny, solusi tidak cukup hanya mengandalkan ekspansi merchant atau jumlah pengguna. Pemerintah, Bank Indonesia, dan pemangku kebijakan lainnya harus fokus pada pembangunan ekosistem konsumen digital yang berdaya.

Literasi digital harus melampaui sekadar pelatihan teknis. Harus ada pemahaman tentang pengelolaan keuangan pribadi, keamanan data digital, serta etika konsumsi berbasis teknologi. Kampanye edukatif juga perlu disesuaikan dengan segmentasi usia, daerah, dan kelas sosial. Tak kalah penting, komunitas lokal, sekolah, universitas, serta tokoh masyarakat dan agama perlu dilibatkan sebagai agen perubahan.

Pelibatan kampus, organisasi pemuda, dan komunitas kewirausahaan akan mempercepat penyebaran literasi QRIS secara partisipatif dan kontekstual, terutama di daerah yang masih tertinggal secara digital.


Strategi Penguatan Literasi dan Kedaulatan Digital

Kemudian Heny menyebut QRIS juga harus ditempatkan sebagai bagian dari strategi kedaulatan ekonomi digital nasional. Konsumen Indonesia perlu dipahamkan bahwa mereka tidak sekadar menggunakan teknologi lokal, tetapi sedang membela inovasi dalam negeri.

Dalam suasana global yang penuh kompetisi dan tekanan dari sistem asing seperti Visa dan Mastercard, QRIS bisa menjadi simbol perlawanan elegan: efisien, inklusif, dan independen.

"Jika dikelola dengan tepat, QRIS bukan hanya akan memperluas inklusi keuangan, tapi juga menciptakan perilaku konsumen yang lebih sadar, rasional, dan bertanggung jawab secara digital. Konsumen tidak hanya lebih cepat dalam bertransaksi, tetapi juga lebih cerdas dalam mengelola keuangannya,"

"Dalam hal ini, QRIS bukan sekadar alat bayar, tapi bagian dari transformasi budaya konsumsi di era ekonomi digital. Dengan semangat itu, Indonesia tidak perlu gentar menghadapi tekanan global. Kompetisi global bukan untuk ditakuti, tetapi untuk ditaklukkan. QRIS adalah alatnya, konsumen Indonesia adalah pelakunya," ujar Heny. 

Sumber: https://jabar.tribunnews.com/2025/06/02/bukan-lagi-sekadar-alat-pembayaran-qris-menjadi-revolusi-gaya-hidup-konsumen-digital



Daftar sekarang juga menjadi merchant QRIS dan bergabung dengan 15,7 Juta bisnis lainnya yang sudah menggunakan pembayaran QRIS di seluruh indonesia !
Ica InterActive Chat Bot
Icha
InterActive Chatbot Assistant

Terimakasih telah mengunjungi Website QRIS

Berikut kami kirimkan beberapa link mengenai QRIS :

Link Pendaftaran QRIS disini

FAQ / Tanya Jawab disini

Pengajuan Open API disini

Skema Biaya Transaksi disini

contact whatsapp