Dalam beberapa tahun terakhir, UMKM Indonesia semakin merasakan manfaat dari sistem pembayaran digital QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard). Dengan QRIS, pelaku UMKM tidak perlu lagi menggunakan mesin EDC mahal atau menghadapi biaya transaksi yang membebani.

Cukup dengan satu kode QR, mereka sudah bisa menerima pembayaran dengan cepat dan praktis. Namun, keberhasilan QRIS ini tak lepas dari kontroversi. Baru-baru ini, pemerintah Amerika Serikat mengungkapkan protes terkait kebijakan QRIS yang mengharuskan transaksi diproses di dalam negeri.

Donald Trump, selaku Presiden AS, berpendapat bahwa kebijakan ini memberi keuntungan yang terlalu besar bagi sistem pembayaran lokal, sementara perusahaan seperti Visa dan Mastercard justru terhambat untuk berkembang di pasar Indonesia. Walaupun protes dari Amerika dapat dipahami dari sudut pandang ekonomi global, Indonesia melihat QRIS sebagai langkah strategis untuk mendukung pertumbuhan UMKM.

Selama ini, pelaku usaha kecil di Indonesia menghadapi banyak tantangan, mulai dari biaya transaksi yang tinggi hingga keterbatasan akses ke sistem pembayaran digital. Dengan QRIS, mereka mendapatkan peluang yang lebih adil dan terjangkau.

Selain itu, QRIS juga memungkinkan UMKM untuk lebih mudah mengakses pasar yang lebih luas, bahkan hingga ke luar daerah mereka. Hal ini membuka peluang baru bagi mereka untuk memperluas jangkauan usaha tanpa terbebani biaya operasional yang tinggi.

QRIS memberi ruang bagi UMKM untuk bersaing dengan lebih baik di era digital, tanpa harus khawatir dengan biaya dan prosedur yang rumit. Sebagai bagian dari upaya untuk menguatkan ekonomi digital Indonesia, QRIS bukan hanya membantu UMKM dalam transaksi, tetapi juga menjadi landasan bagi inovasi baru dalam sistem pembayaran yang lebih inklusif.

Dengan sistem yang efisien dan terjangkau, UMKM di Indonesia kini memiliki lebih banyak kesempatan untuk berkembang, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi di tingkat lokal.

QRIS juga telah membantu mengurangi ketergantungan terhadap uang tunai dan membuka peluang baru dalam sektor ekonomi digital. Selain itu, sistem ini memungkinkan UMKM untuk menjangkau pelanggan di luar daerah mereka, bahkan dengan jangkauan internasional, tanpa harus khawatir tentang masalah pembayaran yang rumit dan mahal.

Sejalan dengan QRIS yang memudahkan UMKM dalam mengakses alat pembayaran yang lebih luas, FYB detikcom hadir sebagai solusi yang mendukung para UMKM dalam meningkatkan visibilitas dan mengakses peluang yang lebih besar. Lewat platform digital ini, UMKM bisa memperkenalkan produk mereka ke audiens yang lebih luas dan meningkatkan branding mereka.

Dengan kemudahan dan efektivitas promosi di FYB detikcom, bisnis kecil dapat berkembang dan bersaing lebih baik di pasar global.

Selain itu, FYB juga menyediakan berbagai insight menarik yang membantu UMKM dalam meningkatkan literasi digital untuk bisnis mereka. Insight seperti ini sangat penting, terutama untuk pelaku UMKM yang belum sepenuhnya terbiasa dengan teknologi digital.

FYB menawarkan berbagai informasi dan materi yang dapat membantu UMKM memahami cara memanfaatkan teknologi dalam mengelola bisnis mereka. Platform ini juga menyediakan alat promosi digital berbasis data yang efisien namun tetap dengan harga terjangkau.

Hal tersebut menjadi nilai tambah bagi UMKM yang membutuhkan strategi promosi dalam mengembangkan usaha mereka.

Secara keseluruhan, meski protes Trump terhadap QRIS menunjukkan perbedaan pandangan Internasional, bagi UMKM Indonesia, keberadaan QRIS dan dukungan dari platform seperti FYB detikcom menjadi peluang besar untuk bertumbuh dan memperluas jangkauan pasar mereka.